Kata pengantar
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji
Syukur Kita Panjatkan Atas kehadirat ALLAH S.W.T Karena , atas Rahmat-Nya kita
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang :
“Nata de Coco”
dimana makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai dan tugas dari guru kami
tercintah ; Rodiah Widyawati
Dimana makalah ini berisi tentang
Actobakter Yang digunakan untuk membuat nata de coco, pengertian nata de coco,
pemanfaatan nata de coco, sifat actobakter dan masih banyak lagi yang diharapan
dapat berguna di dalam pelajaran mikrobiologi nanti lainnya .
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada ibu Rodiah Widyawati yang telah memberikan tugas ini terhadap kami ,
Kepada Allah S.W.T karena atas rahmat-Nya kami diberikan kesehatan untuk
menyelesaikan tugas ini, Kepada teman-teman yang kami cintai karena telah menyuport
kami .
Akhir kata , kami
mengucapkan banyak terimakasih dan perlu diketahui makalah ini kurang dari
sempurna . kritik dan saran terhadap kami kami terima .
Penyusun
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai negara
kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak
ditumbuhi pohon kelapa. Pohon kelapa memberikan banyak hasil bagi manusia mulai
dari batang, daun, buah dll. Pada pembuatan kopra atau penjual kelapa di pasar,
airnya terbuang percuma sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan terutama
yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Jika kita mengetahui manfaat air
kelapa bahwa air kelapa telah berhasil diolah menjadi suatu produk komersial
yang sangat populer dengan nama Nata de Coco.
Seperti halnya
pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga
memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan
bibit nata de coco disebut starter.
Bibit nata adalah bakteri
Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam
air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang
terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim
yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari
jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan
lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, padat, kokoh, kuat dan kenyal dengan rasa mirip kolang-kaling, yang
disebut sebagai nata.
Selain banyak
diminati karena rasanya yang enak dan kaya serat, pembuatan nata de coco pun
tidak sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak banyak sehingga dapat sebagai
alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan. Produk ini banyak digunakan
sebagai pencampur es krim, coktail buah, sirup, dan makanan ringan lainnya.
Nata de coco dapat dipakai sebagai sumber makan rendah energi untuk keperluan
diet. Nata de coco juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat dibutuhkan
tubuh dalam proses fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita
diabetes dan memperlancar proses pencernaan dalam tubuh.
Acetobacter
xylinum dalam pertumbuhan dan aktivitasnya membentuk nata memerlukan suatu
media yang tepat sehingga produksi nata yang dihasilkan dapat secara optimal.
Sebagai media dalam pembentukan nata media yang digunakan haruslah memiliki
kandungan komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang dalam hal
ini yaitu acetobacter xylinum . Komponen media nata yang dibutuhkan sebagai
syarat media nata antara lain memiliki sumber karbon dapat berupa gula, sumber
nitrogen dapat berupa penambahan urea atau ZA, mineral dan vitamin yang
mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum. Asam sitrat atau asam asetat
untuk penyedia kondisi asam yang diharapkan bakteri acetobagter xylinum.
1.2
Tujuan
1. Untuk mempelajari cara membuat nata de coco
2.Untuk mempelajari Faktor-faktor
yang mempengaruhi pada pembuatan nata de coco
1.3 Aplikasi
Kadungan kalori yang rendah
pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai
makanan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang
tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan
penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang
tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata de coco menjanjikan nilai tambah.
Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi
nilai gizi dari produk ini.
Nata de Coco dibentuk oleh
spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari
buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam
asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari
adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus
Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob,
berbentuk batang pendek atau kokus.
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara
mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan
untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai
nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang
terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral
yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung
pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan
pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Nata de Coco
Nata de coco merupakan produk hasil proses
fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata
berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya
yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan
tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Nata
De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa
(dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.
Semula industri nata de coco
dimulai dari adanya industri rumah tangga yang menggunakan sari buah nenas
sebagai bahan bakunya. Produk ini dikenal dengan nama nata de pina. Dikarenekan
nenas sifatnya musiman, pilihan itu jatuh kepada buah kelapa yang berbuah
sepanjang tahun dan dalam jumlah yang cukup besar serta ditemukan secara merata
hamper diseluruh pelosok tanah air. Di skala industri, nata de coco sudah
dikenal sejak diperkenalkannya pada tahun 1975. tetapi, sampai saat ini,
industri nata de coco masih tergolong sedikit (di Indonesia). Padahal jika melihat
prospeknya dimasa mendatang cukup enggiurkan. Akhir-akhir ini, Negara
berkembang sedang melirik industri nata de coco.
Pada prinsipnya untuk
mengha-silkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang
dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra
seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.
Bakteri Acetobacter xylinum
akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah
diperkaya dengan Karbon(C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler
yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari
jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar
benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, yang disebut sebagai nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam
kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang
digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan
dengan cara yang benar berdasarkan pada factor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio
antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol
dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan
residu sedikitpun. Oleh sebab itu, definisi nata yang terapung di atas caian
setelah proses fermentasi selesai, tidak berlaku lagi.
Air kelapa yang digunakan
dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak
terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri
antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada
ummumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen
pembuatan anta de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa,
laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu
sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling
baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat akan mempengaruhi
kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang dapat digunakan
untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen
organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun Nitrogen an organic
seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium slfat. Namun, sumber
nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah jika dibandingkan
dengan sumber nitrogen organic. Bahkan diantara sumber nitrogen anorganik ada
yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium sulfat. Kelebihan yang dimaksud
adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi mikroorganisme lain.
Asam asetat atau asam cuka
digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam
asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan
konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan
asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bias digunakan.
Acetobacter Xylinum
merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan
lebar , micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias
membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan
pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative.
Bakteri ini tidka membentuk
endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada
sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan
menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada
medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat
dengan mudah diambil dengan jarum oase.
Bakteri ini dapat membentuk
asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan
mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang
paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk
mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa
tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant
mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan
nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter Xylinum
mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan
secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum
mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan
awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan
tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.
Factor-faktor yang
mempengaruhi Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber
karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media temperature, dan udara
(oksigen. Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari
monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak
digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti
ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5,
namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini
sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat
namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat
mengakibatkan kontaminasi.
2.2 Sejarah Pembuatan Nata
Dalam sejarahnya, industri pembuatan nata
diawali di tingkat rumah tangga, yaitu dengan menggunakan sari buah nanas
sebagai bahan bakunya. Produk yang dihasilkan diberi nama nata de pina. Oleh
karena nanas bersifat musiman, industri pembuatan nata de pina tidak dapat
berlangsung sepanjang tahun. Untuk mengatasi hal tersebut, dicari alternatif
penggunaan bahan lain yang bisa tersedia dengan mudah sepanjang tahun dan murah
harganya. Pilihan tersebut kemudian jatuh pada air kelapa, yaitu limbah dari
industri pembuatan kopra atau minyak goreng. Nata yang dihasilkan dari air
kelapa disebut nata de coco.
Di Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada
tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada 1975. Produk ini mulai dikenal luas di
pasaran sejak tahun 1981. Dengan semakin digemarinya nata de coco di Indonesia,
mulailah bermunculan beberapa industri pengolah nata de coco di Tanah Air.
Selanjutnya nata de coco dapat dikembangkan sebagai salah satu komoditas ekspor
ke berbagai negara nontropis, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan
negara-negara di Eropa. Permintaan nata de coco akan meningkat tajam pada saat
menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun baru, dan peristiwa-peristiwa penting
lainnya
2.3 Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi nata
Untuk menghasilkan produksi
nata yang maksimal perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.
1.
Temperatur ruang inkubasi
Temperatur ruang inkubasi
harus diperhatikan karena berkaitan dengan pertumbuhan bakteri Acetobacter
Xylinum dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada umumnya suhu
fermentasi untuk pembuatan nata adalah pada suhu kamar (280C). Suhu yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri
pembentuk nata, yang akhirnya juga menghambat produksi nata. (Budiyanto, 2004).
2. Jenis dan
konsentrasi Medium
Medium fermentasi ini harus
banyak mengandung karbohidrat (gula) di samping vitamin dan mineral, karena
pada hakekatnya nata tersebut adalah slime (menyerupai lendir) dari sel bakteri
yang kaya selulosa yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter
Xylinum. Bakteri ini dalam kondisi yang optimum memiliki kemampuan yang luar
biasa untuk memproduksi slime sehingga slime tersebut terlepas dari sel
vegetatif bakteri dan terapung-apung di permukaan medium. Pembentukan nata terjadi
karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula yang kemudian digabungkan
dengan asam lemak membentuk precursor (penciri nata) pada membran sel.
Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim
mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa yang merupakan bahan dasar pembentukan
slime. Kadar karbohidrat optimum untuk berlangsungnya produksi nata adalah 10%.
(Palungkun, 1992).
3. Jenis dan
konsentrasi stater
Pada umumnya Acetobacter
Xylinum merupakan stater yang lebih produktif dari jenis stater lainnya, sedang
konsentrasi 5-10% merupakan konsentrasi yang ideal(Rahman, 1992).
4. Kebersihan
alat
Alat-alat yang tidak steril
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum. Sedangkan alat-alat
yang steril dapat mendukung pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum.
5. Waktu
fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata
umumnya 2-4 minggu. Minggu ke-4 dari waktu fermentasi merupakan waktu yang
maksimal produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata
yang diproduksi akan menurun.
6. pH
fermentasi
Derajat keasaman yang dibutuhkan dalam pembuatan
nata adalah 3-5 atau dalam suasana asam. Pada kedua kondisi pH optimum,
aktifitas enzim seringkali menurun tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat menimbulkan perbedaan
besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang amat penting bagi
organisme.
7. Tempat
fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam
karena mudah korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk
nata. Di samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya matahari
langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi steril. Selain
itu, dalam pembuatan nata juga harus diperhatikan bahwa selama proses
pembentukan nata langsung harus dihindari gerakan atau goncangan ini akan
menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan terbentuknya
lapisan nata yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Hal ini
menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar. (Budiyanto, 2004).
2.4 Kandungan
Gizi Nata
Dilihat dari zat gizinya,
nata tidak berarti apa-apa karena produk ini sangat miskin zat gizi. Karena
kandungan zat gizi (khusunya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk
dimakan siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan kegemukan, sehingga
sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori. Keunggulan lain
dari produk ini adalah kandungan seratnya yang cukup tinggi terutama selulosa.
Peran utama serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air yang
dapat melunakkan feses.
Makanan dengan kandungan
serat kasar yang tinggi dapat mengurangi berat badan. Serat makanan akan tinggal dalam saluran
pencernaan dalam waktu yang relative singkat sehingga absorpsi zat makanan
berkurang. Selain itu, makanan yang mengandung serat yang relative tinggi akan
memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan
nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Makanan dengan
kandungan serat kasar relative tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar
gula, dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas dan
penyakit jantung.
(Joseph,
2002).
2.5 Acetobacter
Ciri-ciri Acetobacter adalah
selnya berbentuk bulat panjang sampai batang lurus atau agak bengkok, ukurannya
0,6-0,8 x 1,0-3,0 μm, terdapat dalam bentuk tunggal berpasangan atau dalam
bentuk rantai. Acetobacter merupakan aerobic sejati, membentuk kapsul, bersifat
nonmotil dan tidak mempunyai spora, suhu optimumnya adalah 30oC. Spesies Acetobacter
yang terkenal adalah Acetobacter aceti, Acetobacter orlenensis, Acetobacter
liquefasiensis, dan Acetobacter xylinum. Meskipun ciri-ciri yang dimiliki
hampir sama dengan spesies lainnya Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan
yang lain karena sifatnya yang unik. Bila Acetobacter xylinum ditumbuhkan pada
medium yang mengandung gula. Bakteri ini dapat memecah komponen gula dan mampu
membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler.(Daulay,
2003).
2.6
Jenis-jenis Acetobacter
Adapun jenis-jenis bakteri
Acetobacter adalah sebagai berikut :
a. Acetobacter acetii,
ditemukan oleh Beijerinck pada tahun 1898. Bakteri ini penting dalam produksi
asam asetat, yang mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat. Banyak terdapat
pada ragi tapai, yang menyebabkan tapai yang melewati 2 hari fermentasi akan
menjadi berasa masam.
b. Acetobacter xylinum,
bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu
mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa
pelikel yang mengambang dipermukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat pada
produk kombucha yaitu fermentasi dari teh. (Hidayat, 2007).
c. Acetobacter
suboxydans, bakteri ini dapat mengubah glukosa menjadi asam
askorbat ( vitamin C ). (Robinson, 1976).
d. Acetobacter
orleanensis, bakteri ini dapat mengubah etanol menjadi cuka. (Mckane and
Judy, 1976).
e. Acetobacter
indonesianensis, ditemukan pada tahun 2001. Bakteri ini merupakan
bakteri asli Indonesia.
f. Acetobacter
cibinongensis, bakteri ini berasal dari daerah Cibinong.
g. Acetobacter syzygii,
ditemukan pada tahun 2002. Bakteri ini berasal dari buah sirsak
h. Acetobacter
tropicalis, ditemukan pada tahun 2001. Bakteri ini berasal dari daerah
tropis.
i. Acetobacter
bogoriensis, bakteri ini berasal dari daerah tropis.
Jenis Acetobacter 5 – 9 adalah spesies baru yang
merupakan bakteri asli Indonesia, yang ditemukan oleh Dr. Puspita Lisdayanti . (Prasetyo,
2003).
2.6.2.
Acetobacter xylinum
Bakteri pembentuk nata
termasuk kedalam golongan Acetobacter, yang mempunyai ciri – ciri antara lain :
”sel bulat panjang sampai batang (seperti kapsul), tidak mempunyai endospora,
sel – selnya bersifat gram negatif, bernafas secara aerob tetapi dalam kadar
yang kecil (Pelczar dan Chan, 1988). Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan
spesies yang lain karena sifatnya yang bila ditumbuhkan pada medium yang kaya
komponen gula, bakteri ini dapat memecah komponen gula dan mampu membentuk
suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler. Acetobacter xylinum mempunyai tiga enzim yang
aktif, yaitu enzim kinase, enzim ekstraseluler selulosa polimerase, dan enzim
protein sintetase. Enzim ekstraseluler selulosa polimerase aktif pada pH 4 yang
berfungsi untuk membentuk benang-benang selulosa (nata). Enzim protein
sintetase aktif pada pH 3-6 yang berfungsi untuk mengubah makanan yang
mengandung C, H, O, dan N menjadi protein (Mandel, 2004).
Dalam medium cair,
Acetobacter xylinum mampu membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan
beberapa sentimeter. Bakteri terperangkap dalam benang – benang yang dibuatnya.
Untuk menghasilkan massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang
perlu diperhatikan suhu fermentasi (inkubasi), komposisi medium dan pH medium.
Klasifikasi ilmiah dari Acetobacter xylinum :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alpha Proteobacteria
Ordo : Rhodospirilia
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum (Moss M.O., 1995).
mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase
adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian.
Adapun tahap – tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum dalam kondisi normal.
a. Fase adaptasi
Begitu dipindahkan ke media baru, bakteri
Acetobacter xylinum tidak langsung tumbuh dan berkembang. Pada fase ini,
bakteri akan terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi
lingkungan barunya. Fase adaptasi bagi Acetobacter xylinum dicapai antara 0 –
24 jam atau ± 1 hari sejak inokulasi.
b. Fase pertumbuhan awal
Pada fase ini, sel mulai membelah dengan kecepatan
rendah. Fase ini menandai diawalinya fase pertumbuhan eksponensial. Fase ini dilalui
dalam beberapa jam.
c. Fase pertumbuhan eksponensial
Fase ini disebut juga sebagai fase pertumbuhan
logaritmik, yang ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Untuk bakteri
Acetobacter xylinum, fase ini dicapai dalam waktu antara 1- 5 hari tergantung
pada kondisi lingkungan. Pada fase ini juga, bakteri mengeluarkan enzim
ekstraseluler polimerase sebanyak – banyaknya untuk menyusun polimer glukosa
menjadi selulosa.
d. Fase pertumbuhan diperlambat
Pada fase ini, terjadi pertumbuhan yang diperlambat
karena ketersediaan nutrisi yang telah berkurang, terdapatnya metabolit yang
bersifat toksik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan umur sel yang
telah tua.
e. Fase stasioner
Pada fase ini, jumlah sel yang tumbuh relatif sama
dengan jumlah sel yang mati. Penyebabnya adalah di dalam media terjadi
kekurangan nutrisi, pengaruh metabolit toksik lebih besar, dan umur sel semakin
tua. Namun pada fase ini, sel akan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang
ekstrim jika dibandingkan dengan ketahanannya pada fase lain. Matrik nata lebih
banyak diproduksi pada fase ini.
f. Fase menuju kematian
Pada fase ini, bakteri mulai mengalami kematian
karena nutrisi telah habis dan sel kehilangan banyak energi cadangannya.
g. Fase kematian
Pada fase ini, sel dengan cepat mengalami kematian,
dan hampir merupakan kebalikan dari dase logaritmik. Sel mengalami lisis dan
melepaskan komponen yang terdapat di dalamnya.
2.6.3.
Sifat-sifat Acetobacter xylinum
1. Sifat Morfologi
Acetobacter xylinum
merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan
lebar 0,6 mikron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa
membentuk rantai pendek dengan satuan 6 – 8 sel. Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun
pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri
dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang
kokoh menutupi sel dan koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah
48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil
dengan jarum ose.
2. Sifat Fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk
asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil alkohol, tidak membentuk indol dan
mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling
menonjol dari bakteri ini adalah memiliki kemampuan mempolimerisasi glukosa
hingga menjadi selulosa. Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang
dikenal sebagai nata. Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi
dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman,
temperatur, dan ketersediaan oksigen.
2.6.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum Adapun
Beberapa faktor yang
berkaitan dengan kondisi nutrisi, adalah sebagai berikut:
a. Sumber karbon
Sumber karbon yang dapat
digunakan dalam fermentasi nata adalah senyawa karbohidrat yang tergolong
monosakarida dan disakarida. Pembentukan nata dapat terjadi pada media yang
mengandung senyawa – senyawa glukosa, sukrosa, dan laktosa. Sementara yang
paling banyak digunakan berdasarkan pertimbangan ekonomis, adalah sukrosa atau
gula pasir.
Penambahan sukrosa harus
mengacu pada jumlah yang dibutuhkan. Penambahan yang berlebihan, disamping
tidak ekonomis akan mempengaruhi tekstur nata, juga dapat menyebabkan terciptanya
limbah baru berupa sisa dari sukrosa tersebut. Namun sebaliknya, penambahan
yang terlalu sedikit, menyebabkan bibit nata menjadi tumbuh tidak normal dan
nata tidak dapat dihasilkan secara maksimal.
b.Sumber nitrogen
Sumber nitrogen bisa digunakan dari senyawa
organik maupun anorganik. Bahan yang baik bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum
dan pembentukan nata adalah ekstrak yeast dan kasein. Namun, amonium sulfat dan
amonium fosfat (di pasar dikenal dengan ZA) merupakan bahan yang lebih cocok
digunakan dari sudut pandang ekonomi dan kualitas nata yang dihasilkan. Banyak
sumber N lain yang dapat digunakan dan murah seperti urea.
c. Tingkat keasaman (pH)
Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5 – 7,5 ,
bakteri Acetobacter xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam (pH 4,3).
Jika kondisi lingkungan dalam suasana basa, bakteri ini akan mengalami gangguan
metabolisme selnya.
d.
Temperatur
Adapun suhu ideal (optimal) bagi pertumbuhan
bakteri Acetobacter xylinum adalah 280C – 310C. Kisaran suhu tersebut merupakan
suhu kamar. Pada suhu di bawah 280C, pertumbuhan bakteri terhambat. Demikian juga,
pada suhu diatas 310C, bibit nata akan mengalami kerusakan dan bahkan mati,
meskipun enzim ekstraseluler yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk
nata.
e. Udara (oksigen)
Bakteri Acetobacter xylinum
merupakan mikroba aerobik.Dalam pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitasnya,
bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Bila kekurangan oksigen, bakteri ini
akan mengalami gangguan dalam pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami
kematian. Oleh sebab itu, wadah yang digunakan untuk fermentasi nata de coco,
tidak boleh ditutup rapat. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, pada ruang
fermentasi nata harus tersedia cukup ventilasi.
2.6.5. Aktifitas Acetobacter xylinum pada
fermentasi nata
Apabila ditumbuhkan dalam media yang kaya akan
sukrosa (gula pasir), bakteri ini akan memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa. Senyawa – senyawa glukosa dan fruktosa tersebut baru dikonsumsi
sebagai bahan bagi metabolisme sel. Bakteri Acetobacter xylinum merombak gula
untuk memperoleh energi yang diperlukan bagi metabolisme sel. Selain itu,
bakteri ini juga mengeluarkan enzim yang mampu menyusun (mempolimerisasi)
senyawa glukosa menjadi polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler
(nata de coco). Fruktosa, selain digunakan sebagai sumber energi, bahan dasar
nata setelah dihidrolisis menjadi glukosa, juga berperan sebagai induser bagi
sintesis enzim ekstraseluler polimerase. Hal ini merupakan salah satu alasan,
bahwa sukrosa mempunyai kelebihan dibanding gula sederhana lain dalam fungsinya
sebagai substrat pembuat nata. Berdasarkan pada pengamatan morfologi,
pembentukan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum diawali dengan pembentukan
lembaran benang – benang selulosa.
Pembentukan benang tersebut,
pada mulanya tampak seperti flagel (cambuk pada bakteri umumnya). Selanjutnya,
bakteri Acetobacter xylinum membentuk mikrofibril selulosa di sekitar permukaan
tubuhnya hingga membentuk serabut selulosa yang sangat banyak dan dapat
mencapai ketebalan tertentu. Pada akhirnya, susunan selulosa tersebut akan
tampak seperti lembaran putih transparan dengan permukaan licin dan halus, yang
disebut nata.
2.7 Cara
Pembuatan Nata de Coco
~Bahan yang diperlukan:
a. Air kelapa murni 5 liter
b. Gula putih 250 gr
c. Urea/ZA
d. Asam cuka/ asam asetat
e. Asam nitrat
f. Bibit nata de coco
~Cara Membuat:
1. Air kelapa mentah di saring, dan dimasukkan ke
dalam panci stenless ukuran 5 liter di masak sampai mendidih 100 derajat
celcius
2. Setelah mendidih masukkan gula putih 250 gr, za
0,5 gr, cuka 50 cc.
3. Campuran air kelapa yang sudah mendidih dimasukan
ke dalam baki plastik yang bersih atau
steril.
4. Tutuplah baki-baki tersebut dengan kertas koran
steril yang sudah dijemur dengan panas
matahari.
5. Baki-baki ditutup rapat dan disusun di atas rak
baki secara rapi dan ditiriskan sampai dingin untuk diberi bibit nata de coco
6. Pembibitan dilakukan pada pagi hari dan hasil
pembibitan ditutup kembali
6. Baki hasil pembibitan tidak boleh terganggu atau
tergoyang
7. Biarkan baki pembibitan itu selama satu minggu dan jangan terganggu atau tergoyang oleh apapun.
8. Buka hasil pembibitan setelah berumur satu
minggu.
~Cara Panen:
1. Nata yang terbentuk diambil dan dibuang bagian
yang rusak (jika ada),lalu dibersihkan dengan air (dibilas). Kemudian direndam
dengan air bersih selama 1 hari.
2.Pada hari kedua rendaman diganti dengan air bersih
dan direndam lagiselama 1 hari.
3.Pada hari ketiga nata dicuci bersih dan dipotong
bentuk kubus (ukuransesuai selera) kemudian direbus hingga mendidih dan air
rebusan yang pertama dibuang.
4.Nata yang telah dibuang airnya tadi, kemudian
direbus lagi danditambahkan dengan satu sendok makan asam sitrat.
Cara Mengolah:
1.Bila diolah sebagai campuran es buah, nata de coco
ditambah dengan gula dan sirup.
2.Bila tak sempat mengolahnya, maka disimpan
saja dalam lemari es.
2.8 Manfaat
Nata de Coco
Kandungan Gizi
Seperti yang kita ketahui, kandungan air kelapa
terdiri atas karbohidrat, potassium, protein, lemak, kalsium, zat besi, fosfor,
vitamin B kompleks, riboflavin serta nutrisi lainnya. Selama proses mendidihkan
air kelapa dan pengeraman, banyak nutrisi yang hilang. Karena itu nilai gizi
yang terkandung dalam nata de coco tidaklah cukup sebagai asupan nutrisi bagi
tubuh. Banyak produsen nata de coco yang pada kahirnya melakukan fortifikasi
pangan yaitu dengan menambahkan satu atau lebih zat gizi (nutrien) kepangan ke
dalam suatu produk yang akan dikonsumsi secara masal. Tentu saja tujuannya
untuk meningkatkan kandungan nutrisi di dalam produk tersebut. Karena nilai
manfaat nata de coco bertambah, diharapkan penerimaan konsumen akan lebih baik
lagi.
Penambahan zat gizi biasanya berupa vitamin seperti
vitamin C, vitamin B1, riboflavin dan niasin. Serta ditambahkan juga mineral
seperti fosfor dan kalsium. Terkadang ditambahkan pula ekstrak perasa pisang,
jeruk, stroberi dan lainnya agar konsumen mudah menerima produk nata de coco
ini.
Diet dan Sembelit
Karena kaya akan serat, nata de coco baik untuk
melancarkan pencernaan. Salah satunya untuk melancarkan pembuangan feses tubuh
dan mencegah sembelit (konstipasi). Selain itu, akibat rendahnya kandungan
gizi, nata de coco aman dikonsumsi mereka yang mengalami obesitas dan sedang melakukan
diet randah kalori guna menurunkan berat badan berlebih. Tapi tentu saja tata
cara pengkonsumsian nata de coco harus diperhatikan. Biasanya nata de coco
dicampur dengan sirup gula atau minuman manis lain yang mengandung kalori
terlalu tinggi, ini dapat menyebabkan obesitas. Sirup pencampur nata de coco
yang terlalu manis dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Apabila
dikonsumsi berlebihan dapat mengakibatkan diabetes. Perhatikan cara konsumsi
nata de coco, agar kita dapat mengambil nilai manfaat nata de coco dan tidak
merugikan diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jadi bakteri yang digunakan untuk
nata de coco adalah bakteri Acetobacter xylinum . Manfaat nata de coco adalah untuk diet dan pencernaan
serta, kandungan gizi yang kompleks
3.2
Penutupan
Akhir kata Makalah kelompok 2 telah
selesai semoga bermanfaat untuk peninjauan belajar tentang bakteri yang
digunakan untuk membuat nata de coco
DAFTAR
PUSTAKA
http://ichanlebong.blogspot.com/2013/05/makalah-nata-de-coco.html
bibit nata de coconya brapa ml ya.....
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThe Best Casinos & Slots in San Francisco (Google Maps & Google
ReplyDeleteIt's 남양주 출장안마 easy 양주 출장마사지 to see 세종특별자치 출장안마 why it's very hard to believe that the hotel and casino is 동두천 출장안마 San 동해 출장샵 Francisco's best casino. If you are looking for a fun and welcoming environment,